Kepada Tuan Chairil.

Kepada Tuan Chairil, jang hidup kekang, namun mati tak lekang dalam kenang. Kepada Tuan Chairil, jang terpenjara, namun bebas kata-katanya suka dalam duka — gelora. Kepada Tuan Chairil, jang menjadi muara dari sungai segala kata. Kepada Tuan, Sang Binatang Jalang, tegap dalam berdiri lantang berteriak bahwa merdeka jiwa, sebagai sembah teruntuk mu! Kepada Tuan Chairil,…

Menurutmu Bagaimana?

Ini fajar pukul 5 di tempatku dan mungkin juga tempatmu. Aku tak tau beda waktu. Yang aku tau, kamu sedang memberenggut lelap dalam serat-serat bantal kesayanganmu. Tak ada yang muram, menurutku. Hanya diam yang ku tumpuk satu, tinggi-meninggi, sampai siap menimpaku nantinya. Ini dunia yang tak hanya wanita di dalamnya dan karena itu aku menjadi…

Bukan! Aku Bukan Kolak!

Aku, bukan kolak Walau kolak coklat, aku pun Walau kolak pisang dan aku suka pisang! Kolak, kamu tak suka aku suka saja, sekadar Aku suka pisang Kamu suka aku Aku suka kamu daripadanya Lalu kolak, bagaimana? Kamu itu kolak; tak dapat ditolak Kolak itu kamu; ku terima jika mau saja. Jadi, kolak, pisang, atau kamu?…

Kolak; Kamu yang Tak Dapat Ku Tolak.

Kamu, manis. Candu yang tak dapat ku tepis. Membuat si hati meringis — tak menangis. Kamu, kecoklatan. Tampan rupawan. Membuat decak keguman. Kamu, yang tak dapat ku tolak. Yang mampu membuat gelak. Kamu, kolak? Menyukaimu? Kolak pun. Itu aku. Untuk kamu, kolak(nya aku), dalam @DuetPuisi.

Anak Mimpi.

Ku namai ia mimpi; yang ku bangunkan paling pagi, yang ku beri juang dan hati. Kepada kamu, untuk kamu, tuk jadikan kita yang nanti dan nanti. Ada kalanya hujan basahi tanah bumi. Menciptakan wewangian petrichor yang mampu bawa angan berkelana jauh sampai tak lagi menyapa batas yang dikenal akal. Kemana kita kan pergi? Kemana lagi…