Bukan Begitu

on

4FE337BE-BB6E-472E-BCB0-C54514AEF522

“Mungkin sebaiknya, kita berjalan pada tapak yang sudah tidak ada kita pada satu sama lainnya. Sebab, jika kita masih meluka, tak akan ada sisa di kemudian yang dapat kita jaga.”

Pada dini itu, Puan menelan air mata. Menyesali apa yang ia ucap dan teguhkan. Mungkin, itu adalah upaya terbaik yang bisa ia lakukan. Setidaknya memang begitu yang ia pikir.

Bukan bosan, bukan pula hilang perasaan. Hanya saja, melepas ikatan terkadang adalah cara yang tepat ketika jerat telah membuat sesak. Sejenak. Begitu harap sang Puan. Namun berbeda dengan Tuan. Ia lebih rela terluka hingga membekas segala ikatan, “atau sekalian saja lepas dan melepaskan. Termasuk anggan-angan. Tidak perlu setengah, itu siksaan.”

Riuh bergemuruh segala-gala dalam benak Puan. Ingin ia membatalkan, tapi kali ini ia diyakinkan dirinya untuk bertahan. Ia sempat mencuri harapan terkecil, bahwa waktu dapat mempertemukan kembali. “Aku bulat. Mari kita sudah.”

Berlalu detik berlalu. Tenang tak lepas mendekap dengan penuh haru. Puan menyibukkan diri dengan berpetualang. Melempar senyum sana dan sini, agar dalam dadanya masih ada ruang untuk merasa kesepian. Puan menghukum dirinya. Sebisa mungkin mengabaikan luka, tapi sepi diterimanya dengan lapang.

Tuan melihat Puan berbahagia. Hingga dirinya merasa nelangsa sendirian. Menganggap Puan menikmati. Menganggap Puan sengaja memainkan hati. Bahwa segala beban kesedihan adalah milik Tuan seorang.

“Bukan begitu, Tuan. Kita memiliki cara berbeda untuk menikmati luka,” bantah Puan.

“Jangan siksa aku seperti ini,” Tuan bersikukuh memohon.

Puan kebingungan. Belum sempat ia meninabobokan luka miliknya sendiri, sekarang Tuan meminta untuk dikasihani. “Ternyata benar, sebaik-baiknya cara adalah memikirkan segala diri di atas segala-galanya. Lebih dahulu. Setidaknya pada saa seperti ini.”

Semoga waktu perlahan dapat membuat harap berjalan setelah lumpuh. Semoga waktu memberi jawaban terbaik bagi pertanyaan-pertanyaan yang saat ini tak sabaran. Semoga waktu, dapat dengan bijak menasihati ego yang bermain dengan tak tertahan. Semoga.

“Beristirahatlah. Istirahatkan kita, dalam tenang. Biar harap pulang, kembali kepada Ia dan bukan lagi seseorang.”

Salam,

-ADZ.

One Comment Add yours

  1. Fasya says:

    nda mau curhat2an sama kakak2an mu ini adzzz? wkwk

Leave a comment