Keputusan Besar

Belakangan, aku sibuk berpikir. Tentang masa yang sedang ku jalani sekarang. Tentang hal baik-buruk yang ku dapati. Tentang rasa yang akhirnya terbentuk dalam hati.

Aku menyadari, bahwa apa yang sedang ku lakukan saat ini adalah keputusan terbenar pun keputusan tersalah yang pernah ku buat. Keputusan yang paling ku banggakan namun juga ku sesali. Kontradiksi dalam satu waktu. Aku dibuatnya kebingungan tak menentu. Aku menjadi sering ragu, sering mengadu.

Keputusan tentang merelakan satu tahun untuk mengabdi. Tentang 365 hari yang memiliki banyak arti. Aku dibuatnya bahagia, tapi juga terluka. Ternyata, 8.760 jam (lebih) adalah waktu yang cepat untuk mengumpulkan suka, pun waktu yang seperti tanpa ujung untuk merasa nelangsa.

Dalam 525.600 menit ini, masa depan menjadi taruhan. Banyak hal yang ku dapat, tapi banyak hal pula yang lepas atau berterbang tanpa sempat ku genggam. Mendapatkan mimpi, tapi juga melepas mimpi yang lain. Aku melompat bahagia lalu jatuh, melompat lagi dan jatuh kembali, begitu terus dan terus. Masa-masa yang membuat ingin menyerah, sekaligus ingin bangkit berikutnya. Masih ada waktu. Masih ada waktu. Ku rapal berulang kali, demi menghilangkan sesal yang sudah mulai menggerogoti.

Pernah. Pernah ada satu titik di mana aku benar-benar mempertanyakan. Apa hal yang ku pikirkan waktu dulu, sehingga aku memutuskan untuk menjalankan apa yang ku jalani saat ini. Ketika keengganan untuk bertahan sudah pada puncaknya. Ketika masalah yang (tak sengaja) ku tanam memunculkan hasil yang di luar kendaliku sendiri. Ketika huru-hara di kepala ditambah dengan bumbu dari mulut-mulut (yang seperti) tanpa dosa. Lagi dan lagi, aku ingin menyerah. Ingin sekali sudah. Tapi, semangat yang sisa melarang juga. Diingatkannya aku pada hal yang menjadi yakinku sejak dahulu.

Aku. Si pemimpi satu ini, ingin menyebarkan mimpi-mimpinya, pun (membantu) menerbangkan mimpi lain yang ada di dunia. Menerbangkan mereka tinggi-tinggi, lebih tinggi dari saat ini. Itu harus. Begitu yakinku.

Aku pun malu. Merasa menjadi yang paling luka. Padahal di arena hidup yang sedang dijalani, pertarungan yang terjadi tak hanya milik ku seorang. Banyak manusia-manusia yang berjuang. Pada akhirnya, setiap pribadi kita bergelut dan berjuang atas keputusan-keputusan besar yang sudah kita buat. Doaku sederhana, semoga penyesalan yang dirasa hanya sesaat dan makna baik datang (walau terlambat). Sebab janji itu pasti, bahwa Tuhan membersamai orang-orang yang berjuang. Selalu.

-ADZ.

2 Comments Add yours

  1. Fasya says:

    Ih aku kaget ada yang nulis lagi uwuwuwuwu~~

    1. Adz. says:

      Wokwokwokwok aku kudu kembali Kak. Kangen tapi males itu lho yang ingin dikutuk :((

Leave a comment