Buatlah Aku Mengerti

Aku tak mengerti, bagaimana cara aku meng-aamiin-kan kita dalam doamu yang, selalu kau rapalkan untuk Tuhan setiap pagi, siang, dan malam. Bagaimana cara aku mengerti? Tentang kita yang mengendap-endap di balik jendela. Tentang kita yang silap di antara tumpukkan. Lalu, haruskah aku mengerti? Perihal bagaimana bisa namaku menanamkan rindu di dadamu? Sebab saat itu, aku…

Aku Pandai Melupa, Ternyata

Adakah kita, sesungguhnya? Rupanya, tanya menyeruak begitu saja dalam kepala. Menggedor-gedor rongga dengan tak seada-adanya. Adakah kita, sesungguhnya? Aku begitu pandai melupa, ternyata. Perihal kapan kamu mulai menjadi debar di dada, pun kapan namamu bertumbuh besar dalam kepala. Pernahkah ada kita, sebelumnya? Karena sepanjang waktu membentang, cerita kita menjejak; walau tak beraturan. Bisakah mengadakan kita,…

Hitam.

Aku punya kebiasaan setiap pagi, salah satunya baca timeline Koh Lexy. Kenapa? Soalnya Koh Lexy suka bahas hal-hal yang selalu  bisa buat aku tertarik. Bener-bener bisa bikin aku selalu nunggu dan baca ulang tweet-tweetnya. Dan kali ini, masalah bullying. Setelah aku baca semua tweet, RT, bahkan sampai mention yang masuk, yang keinget di aku langsung…

Merapikan Kenangan

“Waktu terlalu cakap merajut hal untuk nantinya dijadikan kenangan yang, ketika rindu meniupkan gigil dalam anginnya, ia menjelma syal untuk dililit di leher ingatan.” -Adz.   Ini udah tahun kedua aku kuliah di Unpad dan udah tahun kedua juga aku ngekos di sini (Bungamas) tanpa pindah-pindah. Banyak banget kenangan yang ke bentuk di kosan ini;…

Yang (Berusaha) Dilupakan

Ingatkah kau tentang mula temu kita? Di muka pintu rumah makan, dengan teman-teman yang belum seutuhnya menjadi teman kita dan menunggu kita di dalam? Mengatasnamakan pertemuan untuk sebuah perkenalan. Masa yang baru, lingkungan yang baru, cerita yang baru, dan tentu kamu yang belum pernah ada di lalu milikku. “N, ya?” “Ah, iya. Hani?” “Iya. Hai….